Apa sebenarnya arti dari kreativitas? Bagi banyak orang, kreativitas identik dengan seni dan desain. Namun, bagiku, kreativitas adalah ketika kita bisa memaksimalkan seluruh potensi diri kita dengan cara yang unik dan memukau. Kreativitas tidak hanya terbatas pada seni. Bermain basket itu kreatif, bermain biola itu kreatif, catur itu kreatif, menulis itu kreatif, bahkan keterampilan berkomunikasi pun bisa dianggap kreatif.
Kreativitas erat kaitannya dengan visual, kemampuan untuk menghadirkan sesuatu yang menarik dan memikat orang lain. Semakin kamu mahir dalam suatu hal, semakin kreatif kamu di mata orang lain.
"Kreativitas adalah melihat apa yang dilihat orang lain dan berpikir apa yang tidak dipikirkan orang lain."
B.J. Habibie
Berbicara tentang kreativitas, aku jadi teringat dengan sosok superhero seluruh orang di dunia, yaitu guru. Menurutku, ada beberapa hal yang menghambat pendidikan di sekolah, salah satunya adalah motivasi murid.
Bagaimana bisa meningkatkan motivasi siswa jika gairah visual dan imajinasi mereka tidak dimainkan? Jadi, bagi pendidikan dan guru, creativity is a must.
“Sayangnya, tidak semua guru memiliki kreativitas Ketika mengajar. Kebanyakan terbelenggu pada metode pembelajaran tradisional, ceramah dan hafalan,” begitu kata Ibu Rini Wulandari, ibuku. Ia kerap dipanggil Bunda di sekolahnya, SMA Negeri 5 Banda Aceh.
“Mama nggak mau hanya mengajar saja, mama mau anak-anak berkarya, bukan hanya teori, namun juga penerapannya langsung.”
Begitulah Ibuku, sangat effort jika sudah berkaitan dengan mengajar siswa. Benar-benar sosok guru yang dibutuhkan Indonesia saat ini, rela menyisihkan waktu dan materil-nya hanya untuk pemahaman siswa.
Tapi, ada benarnya juga, selama ini kita hanya belajar dengan metode ceramah dan hafalan, berbeda dengan Jepang atau Kanada yang belajar dengan penerapannya langsung. Bagaimana bisa meningkatkan kreativitas dan inovasi siswa jika siswanya sendiri tidak dapat berimajinasi menciptakan inovasi? Hanya bisa menuruti, hafal, hafal, dan menghafal saja. Di satu sisi, pendapatan guru tidak cukup untuk menyediakan fasilitas belajar yang baik, begitu-pun fasilitas yang disediakan oleh pemerintah, hanya seadanya saja. Sungguh dilema, ya.
Ada satu kisah inspiratif yang sangat memotivasiku dalam dunia pendidikan. Menjadi seorang guru bukan hanya tentang mengajar, tapi juga tentang memberikan dampak positif pada setiap individu. Bagiku, mengajarkan makna hidup adalah esensi sejati seorang guru.
Cerita ini datang dari kakak-kakak keren Tab Space, dengan dukungan JNE, berhasil menunjukkan makna sebenarnya dari mengajar. Mereka mendirikan wadah bagi seniman disabilitas untuk berkarya dan memasarkan hasil seni mereka. Program tabSpace dan JNE ini tidak hanya memberikan ruang bagi mereka untuk berekspresi, tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat tentang potensi luar biasa yang dimiliki oleh penyandang disabilitas. Sebenarnya, mereka hanya membutuhkan sosok orangtua atau guru yang mampu merangkul dan mendukung kebebasan berkarya mereka.
Potensi peserta didik kita saat ini juga sama, namun seringkali belum ada wadah yang cukup baik untuk mengekspresikan kreativitas mereka. Inilah tugas kita sebagai guru: menciptakan ruang yang mendukung dan menginspirasi.
Di tahap awal, kami memulai dengan platform Edulalin : edukasi lalu lintas untuk anak usia dini, topik yang paling sering dihiraukan, paling sedikit diajarkan dan paling sulit penerapannya di sekolah.
Edulalin membuat pembelajaran lalu lintas menjadi lebih interaktif dan menarik. Edulalin mempersonalisasi materi pembelajaran sesuai dengan tingkat pemahaman dan usia anak, membantu mereka memahami aturan lalu lintas dengan lebih baik, misalnya anak SD dengan materi gamifikasi dan storytelling, dan anak SMP dengan materi AR (Augmented Reality).
Kenapa edukasi lalu lintas?
Sebenarnya ini ide Ibu. Ternyata, ketika kutanya, dibalik alasan itu, ia masih teringat akan sosok anak temannya yang kecelakaan ketika menyeberang sekolah hingga sedikit cacat fisik. Pendapat tersebut memicu rasa penasaranku, dan benar saja. Angka kecelakaan anak usia dini di Indonesia terus meningkat, bahkan berdasarkan penelitian oleh UGM, hanya 32% anak usia dini dan remaja yang memahami aturan dasar berlalu lintas. Aturan dasar, lho. Miris, ya.
Harapannya, minimal anak-anak lebih cepat paham tentang penerapan edukasi lalu lintas di sekolah.
Dan, inilah awal kisah kami berdua mendirikan Edulalin. Kerjasama yang baik anatara Mahasiswa dan guru.
Sejak saat itu, aku mulai menyicil mengembangkan Edulalin sembari menyelenggarakan pelatihan desain dan website di SMA Negeri 5 Banda Aceh. Antusiasme mereka memotivasiku untuk terus berbagi pengalamanku di bidang website.
Salah satu murid yang memotivasiku adalah Nadia dan Fadhli. Fadhli adalah seorang tunarungu yang kesulitan mendengar. Ia menggunakan alat bantu dengar di kupingnya, meski begitu, ia terlihat sangat antusias dalam belajar desain. Yang seharusnya aku menginspirasinya, malah aku sendiri yang terinspirasi dari kegigihannya.
Nadia juga tak kalah hebat, meski berasal dari latar belakang keluarga kurang mampu yang tinggal di desa Bukit dengan jarak tempuh 1 jam lamanya setiap hari menuju ke sekolah, ia tak pernah absen menghadiri pelatihan website dan desain di sekolah. Aku dan ibu pernah mengantarnya hingga ke rumah, jadi tahu persis kondisi jalur yang ia tempuh.
Jujur, semakin menginspirasi dan membuatku bersyukur akan kehidupanku.
Edulalin & Nadia Go Nasional!
Suatu ketika, Edulalin yang sedang kami kembangkan Bersama, sampai ke telinga Dinas Perhubungan Aceh. Hingga sampai undangan surat bahwa kami diikutsertakan dalam Duta Lalu Lintas Nasional.
Syukur Alhamdulillah, Aku Bersama murid bimbinganku memperoleh juara 2 dan akan melanjutkan perjalanan dari Aceh ke kancah nasional, 15 September 2024 ini di Jakarta! Bersaing dengan kandidat hebat lainnya dari seluruh provinsi di Indonesia.
Terharu sekali bisa membawa murid bimbinganku, terutama Nadia yang berasal dari desa dengan kesederhanaannya sampai menangis membayangkan naik pesawat untuk pertama kalinya.
Ini caraku berkreatif sambil berdampak. Bagaimana dengan cara kreatifmu?.
Kisah ini bukan hanya tentang menciptakan platform pembelajaran interaktif. Ini adalah kisah tentang bagaimana kita bisa berinovasi dan berkreasi untuk mengatasi tantangan dalam Pendidikan di era disrupsi tekbologi digitalisasi saat ini, bagaimana kita bisa bekerja sama untuk menciptakan perubahan positif dengan memaksimalkan potensi kita.
Dengan adanya dukungan dari JNE dan inisiatif seperti Edulalin, kita berharap dapat mewujudkan ribuan guru kreatif dan generasi unggul di Indonesia. Guru-guru yang mampu menyajikan pembelajaran dengan cara yang menarik dan interaktif, yang mampu meningkatkan motivasi dan kreativitas siswa. Guru-guru yang mampu memanfaatkan teknologi untuk menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan efektif.
Ada seribu cara memberdayakan guru, pahlawan pendidikan.
Salah satunya adalah dengan memberikan akses kepada mereka untuk mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran. Dalam hal ini, peran JNE sangat signifikan. JNE tidak hanya berperan sebagai perusahaan logistik, tetapi juga sebagai mitra yang peduli terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia.
JNE telah menjadi salah satu perusahaan logistik terkemuka di Indonesia selama 33 tahun. Sejak didirikan pada tahun 1990, JNE telah berkomitmen untuk memberikan layanan pengiriman yang cepat dan andal, menghubungkan berbagai daerah di seluruh Indonesia. Dengan lebih dari 8.000 titik layanan di berbagai daerah. JNE telah menjadi jembatan bagi masyarakat untuk mengirim dan menerima barang, serta mendukung pertumbuhan ekonomi dan sosial di berbagai wilayah.
Menariknya, JNE selalu konsisten dalam melaksanakan program CSR di berbagai bidang, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga lingkungan. Sesuai visi dan slogan JNE:
“Connecting Happiness”, Menyambung Kebahagiaan dari Generasi ke Generasi. #ConnectingHappiness
Dengan pendekatan yang menyeluruh, JNE berupaya memberikan dampak positif bagi masyarakat. Di bidang pendidikan, JNE mengedepankan aksesibilitas dan kualitas pendidikan untuk semua, terutama bagi mereka yang berada di daerah terpencil dan kurang mampu. Yuk, kita lihat bagaimana konsistensi JNE dalam CSR dan fokusnya pada pendidikan.
Menghubungkan
JNE berperan sebagai jembatan antara siswa, guru, dan sumber daya pendidikan dengan melayani hingga lebih dari 8.000 titik layanan tersebar di seluruh Indonesia. Dengan jaringan yang luas, JNE memastikan bahwa setiap sudut negeri dapat mengakses layanan pengiriman yang berkualitas, termasuk dalam mendukung pendidikan. JNE tidak hanya menghubungkan alat dan sumber daya, tetapi juga menciptakan peluang bagi anak-anak untuk belajar dan berkembang dengan berbagai program CSR dalam pendidikan.
JNE memastikan bahwa setiap sudut negeri dapat mengakses layanan pengiriman yang berkualitas, termasuk dalam mendukung pendidikan.
JNE telah berpartisipasi dalam kampanye donasi buku untuk sekolah-sekolah yang membutuhkan. Melalui program ini, mereka menghubungkan donatur dengan sekolah-sekolah di daerah terpencil, memastikan bahwa siswa di daerah tersebut mendapatkan akses ke buku-buku yang berkualitas.
Melalui kerjasama dengan Ruang Guru, JNE menyediakan fasilitas belajar untuk anak-anak di panti asuhan. JNE memberikan ratusan komputer, printer, dan jaringan Wi-Fi gratis untuk 30 panti asuhan di Jakarta.
Membangkitkan
JNE berkomitmen untuk membangkitkan semangat belajar di kalangan siswa dan guru. Lewat program-program seperti lomba kreativitas dan penghargaan untuk guru berprestasi, JNE mendorong inovasi dan partisipasi aktif dalam pendidikan. Dengan mengadakan berbagai pelatihan keterampilan digital untuk guru, JNE membantu mereka lebih siap menghadapi tantangan pendidikan di era digital.
JNE bekerja sama dengan Ruang Guru untuk menyediakan fasilitas belajar bagi anak-anak di panti asuhan. Sejak Agustus 2020, JNE telah memberikan ratusan komputer, printer, dan jaringan Wi-Fi gratis selama setahun untuk 30 panti asuhan di Jakarta. Program ini bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan alat pembelajaran daring bagi anak-anak yang kurang mampu
JNE berkolaborasi dengan berbagai lembaga pendidikan untuk memberikan beasiswa kepada siswa berprestasi. Dalam program ini, JNE tidak hanya memberikan dukungan finansial, tetapi juga membantu dalam pengiriman dokumen dan materi pendidikan yang diperlukan oleh siswa untuk melanjutkan pendidikan mereka.
JNE juga mendukung pelatihan dan workshop untuk guru melalui platform daring. Mereka menyediakan fasilitas pengiriman alat bantu ajar dan materi pelatihan ke lokasi-lokasi yang sulit dijangkau.
JNE meluncurkan program “JNE Goes to School” di mana mereka mengunjungi sekolah-sekolah untuk memberikan sosialisasi tentang pentingnya logistik dan pengiriman. Dalam program ini, siswa diajarkan tentang proses pengiriman barang dan bagaimana industri logistik beroperasi.
Dalam program ini, JNE mengirimkan alat tulis, buku, dan perangkat teknologi seperti tablet untuk mendukung proses belajar mengajar. Sekolah-sekolah yang menerima bantuan ini melaporkan peningkatan motivasi siswa untuk belajar.
JNE mengadakan lomba kreativitas bagi siswa di berbagai sekolah. Dalam lomba ini, siswa diminta untuk mengirimkan karya seni, puisi, atau video yang menggambarkan pengalaman mereka selama belajar. JNE menyediakan pengiriman gratis untuk karya-karya tersebut, dan para pemenang mendapatkan hadiah serta pengakuan dari JNE. Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kreativitas siswa, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan di antara mereka.
JNE menyediakan layanan pengiriman untuk perangkat teknologi dan materi pembelajaran digital. Guru-guru di sekolah yang berpartisipasi melaporkan bahwa akses ke teknologi telah meningkatkan interaksi dan partisipasi siswa dalam kelas.
Program “JNE Cinta Alam” melibatkan siswa dalam kegiatan konservasi lingkungan, yang tidak hanya mendidik tetapi juga membangkitkan kesadaran sosial di kalangan generasi muda.
Memberdayakan
JNE memberikan apresiasi kepada Mohammad Hikmat, seorang guru di SLB, dengan menyerahkan bantuan kendaraan listrik. Ini menunjukkan dukungan JNE terhadap dedikasi guru dalam pendidikan khusus, serta bagaimana mereka berkontribusi dalam meningkatkan aksesibilitas pendidikan
Ratusan guru berbisnis UMKM mengutarakan dampak bermitra dengan JNE sebagai logistik pengiriman terpercaya, membuktikan JNE memebrdayakan UMKM yang dirintis oleh Guru.
JNE menjalin kemitraan dengan organisasi pendidikan untuk mendukung program-program yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan.
Program “Kembali ke Sekolah” membantu siswa kurang mampu dengan memberikan paket sekolah berisi alat tulis dan buku.
Dengan adanya dukungan dari JNE dan inisiatif seperti Edulalin, kita berharap dapat mewujudkan ribuan guru kreatif dan generasi unggul di Indonesia. Guru-guru yang mampu menyajikan pembelajaran dengan cara yang menarik dan interaktif, yang mampu meningkatkan motivasi dan kreativitas siswa. Guru-guru yang mampu memanfaatkan teknologi untuk menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan efektif.
Ada seribu cara memberdayakan guru, pahlawan pendidikan. Salah satunya adalah dengan memberikan akses kepada mereka untuk mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran. Dalam hal ini, peran JNE sangat signifikan. JNE tidak hanya berperan sebagai perusahaan logistik, tetapi juga sebagai mitra yang peduli terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia.
#JNE #ConnectingHappiness #JNE33Tahun
#JNEContentCompetition2024
#GasssTerusSemangatKreativitasnya
Setuju banget sih sama yang Ibu Rini bilang. Sayang banget kalau potensi kreatif siswa gak digali. Aku dulu malah sering dimarahin guru gara-gara bikin coretan di buku, padahal aku sekreatif itu (alias gabut) hehe. Bravo, Jne.
Selamat ya udah masuk tahap nasional! semoga bisa bawa harum nama generasi Aceh. JNE emang keren banget support banyak kegiatan positif, semoga semakin banyak perusahaan yang ikut nyumbang buat pendidikan di Indonesia